Cerita Ngentot Sedarah - Rahasia Besar Bersama Mamaku
“Yo.. ayo.. bangun Nak Sayang, udah jam 9, kamu mandi gih
baru makan..!” “Ah.. malas Mam, mau tiduran dulu. Entar aja satu jam lagi
ya..!” “Udah Mami tungguin.., entar kamu bohong lantas tidur satu harian.”
Kemudian saya sedikit menggeser posisi tidur saya supaya mami bisa ikut
tiduran. Sambil tiduran mami mencari-cari majalah yang mau dibacanya. Saya
kelupaan kalau disitu ada Novel yang ceritanya agak hot, dapat dibilang hanya
sekitar seks saja ceritanya. Ya.., terlanjur sudah keambil oleh mami.
Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa ada
perasaan yang lain setelah mami masuk ke dalam kamar saya, seakan-akan gairah
seks saya mulai
menjalar menyelimuti tubuh. Bagaimana ini, repot jadinya,
karena kebiasaan saya tidur hanya menggunakan piyama untuk tidur dan memakai
selimut. AC di ruangan kamar saya mengigilkan badan, dan inilah penyakit saya,
kalau situasi dalam keadaan dingin nafsu langsung naik dan meledak-ledak.
Posisi tidur saya waktu itu persis di samping mami dan bersenggolan dengan pahanya.
Saya perhatikan mami makin serius membaca novel dan maklum
tidak pernah membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya,
“Bapa kemana Mam..?” “Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran,
biasa ngantar Ikan. Paling-paling besok udah pulang.” “Awas Mam, nanti tidak
ada pelampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah.” “Enggak, Mama cuman pengen
tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya.” jelasnya. Sedikit
posisi saya agak memeluk mami, maklum hal ini sering saya lakukan karena saya
anak Mami dan dimanja, jadi hal ini tidak janggal lagi bagi saya dan mami.
Terus entah kenapa, penis saya tepat menempel di samping kemaluannya, dimana
mami saya posisinya agak miring menghadap saya.
Dengan cuek saya ikutan membaca novel yang dibacanya. Posisi
mami membaca telentang, dan agak miring menghadap saya. Dengan sedikit
menggoyang-goyangkan paha, terjadilah pergesekan antara paha saya dengan paha
mami, dan hal ini tidak pernah kami lakukan. Sesuatu yang janggal saya rasakan,
dimana kalau saya bermanja-manja selalu dalam keadaan memakai celana pendek,
tapi dalam keadaan saya sekarang hanya menggunakan piyama tanpa memakai
apa-apa, dan perasaan ini tidak pernah saya rasakan sebelumnya.
Mungkin ada setan yang melanda diri saya, batang kemaluan
saya pun mulai membesar, dan mungkin mami merasakan itu, tapi dia tidak
menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Sekilas saya melihat ke paha mami,
dasternya tersikap, dan tetap mami tidak menghiraukannya. Dia masih menganggap
saya anak kecil yang seperti dulu. Tidak sadarkah dia bahwa saya sudah 16
tahun, dan saya sedang mengalami masa pubertas pertama. Sekarang keadaan
semakin tidak karuan, dan timbul dalam pikiran saya untuk melanjutkan lebih
jauh lagi dengan sedikit menggeser dasternya memakai paha saya.
Dan alangkah terkejutnya saya bahwa mami tidak mengenakan
celana dalam. Terlihat gundul di bagian bukit kemaluannya. Ternyata mami sangat
rajin mencukur bulu kemaluannya, maklum dia sangat pembersih. Dengan pura-pura
tidak tahu, saya menggeser lagi piyama yang saya pakai. Tersingkap dan
terbebaslah penis saya. Dengan sedikit berpura-pura lagi, saya mengambil bantal
yang ada di seberang mami, dan secara otomatis batang kemaluan saya menempel
persis di samping vaginanya. Setelah saya mengambil bantal saya tidak kembali
lagi dengan posisi pertama, dan pura-pura bertanya.
“Serius kali Ma bacanya..!” “Iya.., ini ceritanya lagi seru
dan menarik.” katanya seakan tidak ada larangan darinya ketika saya sudah mulai
jauh bertindak. Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya.
Meskipun batang kemaluan saya sudah langsung menempel persis di pinggir
vaginanya, mami tidak merasakannya atau berpura-pura. Itulah yang berkecamuk
dalam pikiran saya. “Ah, bodoh amat..!” pikir saya waktu itu. Dengan telaten
saya terus menggesekkan, dan ternyata mami tahu kalau saya agak susah atau
memang mami mau memiringkan badannya. Dengan posisi tadi mungkin mami pegal,
kemudian mami meletakkan novel di bantal, dan otomatis dia semakin miring
posisinya.
Mami tidak berkata apa-apa sewaktu dia memiring sedikit lagi
yang bertepatan dengan penis saya yang sudah tegang dari tadi seperti sebuah
batang kayu.
Sepertinya mami maunya tidak disengaja, atau mami juga
menikmatinya. Sekarang tepatlah sudah batang kemaluan saya di belahan vaginanya
dengan posisi saya masih memeluk bantal yang membatasi saya dengan buah
dadanya. Saya sangsi kalau mami tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi
tidak ada tanda-tanda mami melarang perbuatan saya. Sedikit demi sedikit saya
menggesek-gesek terus batang kemaluan saya, dan terkuaklah bibir vaginanya.
Terasa agak berlendir dan licin vaginanya, dan saya yakin
mami pasti menikmati, tapi anehnya mami masih tetap serius membaca novel. Tidak
saya hiraukan mami lagi sedang apa. Kemudian dengan sabar saya
menggesek-gesekkannya lagi, dan terasa kepala penis saya mulai menerobos bibir
vaginanya. Itu semua saya lakukan tanpa berbicara, dan seperti terjadi begitu
saja, mungkin mami malu melakukan secara blak-blakan. Dengan sedikit usaha saya
memajukan pantat dan semakin nikmat rasanya, tapi kok agak susah ya masuknya,
dimana ukuran kemaluan saya 18 cm panjangnya dengan diameter 3 cm.
Tapi dengan dibantu cairan yang mulai keluar dari vagina
mami menolong batang kemaluan saya masuk ke dalam dengan sedikit agak menggeser
bantal yang saya peluk. Setelah agak tersentak pantat saya, “Bless..!” masuk
semua batang kemaluan saya dan mendiamkan sebentar untuk melihat reaksi mami.
Eh ternyata mami masih tetap membaca novel yang ada di tangannya. Dengan
sedikit menarik pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya miring
semakin membuat kami erat terhubung. Tetapi saya belum berani memeluk mami,
terpaksa bantal lah yang menjadi pegangan saya.
Terasa batang kemaluan saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak
dapat digambarkan dengan kata-kata. Semakin lama penis saya semakin mudah saya
maju-mundurkan. Badan mami tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami tetap
dengan posisi semula. Terasa sudah lama saya menggesek-gesek dan memaju-
mundurkan batang kemaluan saya di dalam vagina yang dulunya adalah tempat saya
lahir. Sudah 10 menit saya melakukannya, semakin licin vaginanya. Tercium bau
vagina yang menggairahkan, dan mulai terasa ngilu di kepala penis saya, seperti
mau meledak. Setelah sekali goyangan terakhir dan memasukkan dalam-dalam,
badanku terasa seperti kesetrum listrik yang bertegangan tinggi. “Coot..
crott.. croott..!” Saya peluk bantal kuat-kuat dan tetap membenamkan batang
kemaluan saya di dalam vaginanya, dan saya melihat wajah mami agak berkerut
menahan nikmatnya.
Terasa batang kemaluan saya seakan-akan dipijat dengan kuat,
dan terasa ada yang menyiram dari dalam vaginanya. Anehnya batang kemaluan saya
tidak langsung lemas, tetapi tetap tegang. Dengan sedikit waktu untuk
istirahat, saya mendiamkan batang kemaluan saya di dalam vagina mami selama 5
menit. Setelah rasa ngilunya hilang, baru penis saya mengecil dan saya cabut
dari vaginanya. Saya melihat ke arah vaginanya, terlihat keluar sedikit air
mani saya dan meleleh di bibir vaginanya.
Akhirnya mami bangkit dari tempat tidur dan keluar dari
kamar sambil berkata, “Jach udah tidur-tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi
janjimu kamu mau bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau
nyiapin makanmu..!” “Bret..!” pintu kamar tertutup setelah itu. Saya juga
bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi. Selasai mandi saya memakai celana
pendek dan langsung menuju meja makan. Saya mendapati mami sudah duduk menunggu
saya untuk makan.
Sewaktu makan seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara
kami. Setelah kejadian pagi itu terjadi, tidak ada perubahan antara hubungan
saya dengan mami. Seperti biasanya, ayah saya telah kembali malam hari,
tepatnya pukul 11 malam dan langsung tidur. Memang hal ini sudah merupakan
kebiasaannya, tidak pernah punya waktu untuk keluarga, padahal situasi seperti
inilah yang saya inginkan, dimana dapat berbincang- bincang dengan ayah atau
semua keluarga. Memang dalam berbisnis ayah saya terbilang oran nomor satu di
lingkungan saya.
Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke
dalam kamar saya karena kamar saya posisinya paling depan, sedangkan kamar mami
berada di tengah rumah, dan memiliki kamar membelakangi terbitnya matahari.
Terasa silau dengan sinar matahari membuat saya terbangun. Saya pun keluar dari
kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak mengenakan apa-apa di
baliknya. Terus saya lihat seisi rumah, ternyata masih sepi. Saya lihat jam
sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetulan bulan ini adalah hari lmamir panjang
untuk naik kelas, pada waktu itu saya mau naik ke kelas 3 SMU. Maksud hati sih
masih mau tidur, tapi di kamar saya silau dengan sinar matahari. Gimana ya,
mami belum kelihatan, berarti belum bangun.
Terus saya berusaha melangkah ke dapur, ternyata juga belum
saya jumpai, berarti benar mami masih tidur di dalam kamarnya. Saya mengarah ke
kamar utama, ke kamar ayah dan mami yang lumayan besar. Saya langsung saja
mencoba membuka pintu dengan menekan gagang pintu, eh pintunya tidak terkunci.
Pelan-pelan saya buka pintu. Benar, terlihat mami masih
tertidur pulas, dan saya langsung masuk. Saya menutup pintu kamar, takut nanti
kelihatan pembantu, kan bisa berabe. Kemudian saya mendekati tempat tidur mami,
sekilas saya melihat sekeliling kamar tertata rapi, mami memang terkenal suka
bersih-bersih. Dengan sedikit lembut saya menghempaskan pantat saya ke tepian
tempat tidur, dan sebentar saya perhatikan mami yang sedang tidur nyenyak.
Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya. “Mami.. Mami.., bangun
dong..! Udah jam 8 pagi nih..!” “Ah.., entar aja Jach.., Mami lagi ngantuk
nih..!” Mendengar jawabannya, saya jadi ikut tiduran di tempat tidurnya. Dengan
sedikit iseng saya mulai kenekatan saya.
Pelan-pelan tetapi pasti, saya sikapkan daster mami dengan
tangan. Oh.. oh.., dia tidak memakai CD lagi, terlihat bersih vagina mami.
Batang kemaluan saya berdiri tegak dan langsung menyembul dari dalam piyama.
Lima menit saya memandangi kemaluan mami sambil mengelus-elus penis yang sudah
mulai tinggi tegangannya. Kemudian saya mulai memeluk mami dengan posisi mami
miring membelakangi saya. Sewaktu saya memeluk tubuhnya, dengan sedikit tenaga
saya menarik tubuh mami, dan ternyata mami tidak melawan dan mengikuti kemauan
saya.
Sekarang mami menghadap saya sama seperti kemarin, hanya
kemarin mami dalam keadaan terbangun, membaca novel dan saya tidak memeluk
tubuhnya, tetapi sekarang saya memeluk tubuhnya. Posisi dasternya agak tersikap
lebih ke atas. Saya mencoba mencari pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah
tidak usah terbuka semuanya, nanti takut mami marah pikir saya. Dengan posisi
memeluk tubuhnya yang susu kenyalnya mengenai dadaku, saya tidak berani membuka
dasternya, apalagi takut kedinginan gara-gara AC di kamar mami. Sekarang nafsu
saya sudah tidak tertahankan lagi, langsung saya arahkan batang kemaluan saya
ke bibir vaginanya, dan ternyata liangnya masih kering dan sedikit agak susah
masuknya.
Terpaksa saya hanya menggesek-gesek saja bibir kemaluannya.
Terlihat oleh saya vaginanya mulai mengembang dan mengeluarkan cairan, langsung
saja saya memasukkan penis saya. Sewaktu saya mendorong, terpleset. Setelah
dengan susah payah menggesek-gesek, terlihat bibir vaginanya mulai mengeluarkan
cairan sebagai pelumas. Mulai terasa seakan-akan batang kemaluan saya mau
ditelan habis oleh vaginanya, dimana bibir vagina mami mulai kembang kempis.
“Ah.. ahk..!” geli sekali rasanya. Ingin rasanya saya memasukkan cepat-cepat,
tapi takut terpeleset lagi nanti. Memang agak kesulitan saya memasukkan penis
saya. Disaat saya mulai berusaha memasukkan lebih dalam lagi, mami juga rupanya
menikmati. Dengan pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan
memudahkan penis saya masuk lebih dalam lagi.
Dengan sekali dorong, “Bless..!” masuk seluruhnya ke dalam
liang senggamanya. Saya diamkan agak lama dengan maksud mau melihat bagaimana
reaksi mami. Saya sengaja tidak mau menggoyangkan pantat saya, dan ternyata
terasa tanggung bagi mami. Kemudian dengan sedikit gerakan, mami
memaju-mundurkan pantatnya. Melihat reaksinya, saya juga langsung memulai
bergoyang dengan sedikit kelembutan. Secara tidak langsung saya memeluk mami,
dan mami masih tetap menjaga sikap dengan tidak mau blak-blakan melakukannya.
Tidak perduli saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang batang
kemaluan saya mulai terasa mengalami tegangan tinggi.
Dengan posisi saya di atas mami yang dengan sikap
merenggangkan kakinya lebar-lebar semakin cepat saya memompa, dan sekali-kali
mami mengikuti irama dengan mengangkat pantatnya. Ada sekitar 20 menit saya
melakukannya dan mulai terasa geli di ujung penis saya, dan “Cret.. cret..
cret..!” saya tumpahkan semuanya ke dalam kandungan mami dimana saya juga
pernah dikandungnya. Saya diamkan selama kurang lebih 5 menit.
Karena takut mami merasa berat dengan badan saya, saya tetap
memeluknya dengan posisi miring sekarang, dan batang keamluan saya masih tetap
menancap di dalam vaginanya. Setelap 10 menit terasa penis saya masih tegang.
Kembali dengan sikap yang sama kulakukan lagi sampai 3 kali hari itu. Setelah
selesai saya tertidur, dan sewaktu saya bangun mami tidak ada lagi. Ketika saya
cari-cari, dia sedang masak di dapur dan menegur saya. “Udah mandi belon
Jach..? Mandi gih..!” katany seakan-akan tidak ada yang terjadi. Memang mami
sangat menikmatinya, begitulah kami melakukan hampir setiap hari dengan tetap
mami menjaga sikap tidak mau melakukan secara terbuka.